“Belajar menulis adalah belajar menangkap momen kehidupan dengan penghayatan paling total yang paling mungkin dilakukan oleh manusia.”
― Seno Gumira Ajidarma
Sekolah Dasar merupakan tempat pertama kali saya belajar memadukan aneka kata menjadi frasa hingga menghasilkan sebuah potongan cerita. Ya, menulis memang sudah lama dipelajari sejak pendidikan dasar. Bahkan sampai jenjang pendidikan tinggi pun kita harus menghasilkan karya tulis hasil penelitian yang berbasis ilmiah. Eits, tenang saja, tulisan kali ini saya mau cerita tentang cita-cita saya saat kecil yaitu, jadi penulis.
Photo by César Viteri on Unsplash
|
Saya selalu suka pelajaran Bahasa Indonesia. Kamus pun jadi satu buku kesukaan saya sebab saya bisa mengenal banyak kosakata dan maknanya. Selain itu, para penulis yang karyanya tertera di buku teks SMP hingga SMA makin membuat saya keranjingan membaca. Puisi Aku yang selalu muncul menjadi potongan pertanyaan pada soal ujian membuat saya makin tenggelam dalam lautan cinta sastra Indonesia. Tsaah~
Begitu senangnya membaca makin membuat saya berkeinginan menjadi penulis. Apalagi setelah mengenal buku-buku genre lainnya, ah kapan buku saya terbit? Kalau dibayangin doang tanpa eksekusi sih yhaa bhay! Gak akan jadi itu buku, wkwk…
Baca juga: Rahasia Menulis!
Nah, alhamdulillah akhir pekan lalu saya bisa hadir di acara Blogger Gathering bersama Komunitas ISB yang membahas perkara “Abadikan Karya Melalui Buku”.
Setelah menerjang panasnya ibukota hari itu, saya tiba di kawasan gaul muda-mudi Kuningan dan segera berkumpul dengan rekan-rekan blogger lainnya. Saya berkeliling melihat seluruh peserta yang hadir eh ternyata ada Mbak Nunik Utami yang akan jadi narasumber siang itu. Kalau gitu kita wefie dulu yhaa Mbak...
Bersama Mbak Nunik |
Nunik Utami sudah menerbitkan puluhan judul buku mulai dari cerita anak-anak, remaja hingga dewasa baik fiksi maupun non-fiksi. Dunia kepenulisan memang sudah lama dijejaki oleh pemilik blog nunikutami.com ini. Kalau melihat karya dan prestasinya yang dipajang di blog tersebut duh, jadi jiper akutu! Hahaa.. Ah, senang banget saya bisa menggali ilmu dan pengalaman mbak Nunik langsung pada kesempatan kali ini.
Tanpa panjang lebar ini dia tips menerbitkan tulisan kita menjadi buku.
1. Ikut Serta Lomba Menulis
Semakin banyak berlatih maka tulisan akan semaking berkembang. Nah, keberadaan lomba menulis ini dapat kita manfaatkan sebagai sarana melatih kapasitas menulis kita. Alhamdulillah, kalau menang itu tandanya tulisan kita sudah dianggap pantas dan berkualitas oleh para juri. Jika belum menang, santai saja, masukkan pengalaman ikut loba sebagai penambah jam terbang.
2. Ikut Workshop Menulis
Bergabung dalam komunitas blogger tentu membuat kita makin terpapar dengan tulisan yang beraneka macam kualitasnya. Biasanya komunitas pun mengadakan workshop kepenulisan untuk para anggota tentunya supaya tulisan lebih nyaman dibaca. Ikut saja siapapun narasumbernya, yang pasti dari pengalaman orang lain kita akan dapat pelajaran berharga mengenai kepenulisan.
3. Lawan Penyakit Rendah Diri
Kepercayaan diri yang cenderung rendah adalah penyakit mematikan seorang penulis. Kekhawatiran berlebih akan karya yang kurang bagus, aneh atau pikiran buruk sangka “mana ada yang mau nerbitin karya saya” harus dibuang jauh-jauh sampai Timbuktu ya gaes!! Jika masih ragu akan karya kita boleh meminta saran dan kritik dari orang-orang terdekat (apalagi kalau punya teman yang sudah pernah nerbitin bukunya duluan) sebelum dikirim ke penerbit. Pokoknya jangan ragu mencoba mengirim karya kita.
4. Tuliskan Cerita yang berbeda
Cerita cinta banyak, cerita sedih banyak namun apa yang membedakan? Itu dia celahnya, kita harus tahu karakteristik pembaca (calon) buku kita. Ini penting untuk mengetahui bagaimana kira-kira respon pembaca. Pembaca tentu sudah biasa baca tema ini itu, tapi pastikan ada ciri khas yang luar biasa dalam tulisan kita. Inilah yang akan membuat tulisan kita diingat pembaca baik itu bersumber dari pengalaman pribadi atau orang lain. Kalau kata Toni Morrison mah begini gaes,
“If there's a book that you want to read, but it hasn't been written yet, then you must write it.”5. Menulislah sampai selesai
―
Kebiasaan yang agak merugikan adalah “kebanyakan bikin draft tulisan tapi tidak kunjung diselesaikan” yhahaa… Ini adalah musuh para penulis termasuk saya wkwk… Mbak Nunik berpesan untuk fokus menyelesaikan satu naskah terlebih dahulu lalu dilanjutkan menulis yang lain.
Penulis yang juga trainer penulisan ini mengungkapkan bahwa di era media sosial ini memudahkan penulis dapat langsung dipinang oleh penerbit. Biasanya tulisan kita dilihat oleh penerbit sendiri di platform menulis seperti Wattpad, Facebook atau Instagram. Padahal dulu mah biasanya penulis mengajukan diri ke penerbit sekarang bahkan penulis yang ditawarkan untuk menerbitkan buku. Ah, enak banget-lah zaman now yha~
Saya pun mengetahui beberapa penulis yang menerbitkan buku dari status Facebook dan cerita di Wattpad. Kumpulan kisah-kisah itu tertuang hingga bisa dibukukan membuktikan kekuatan platform media sosial bagi seorang penulis. Jadi, boleh saja kita menggunakan sarana digital yang ada siapa tahu tulisan kita ditawarkan untuk diterbitkan juga lho.
Kalau kamu ingin menerbitkan buku dengan cara berbeda kamu bisa memilih penerbit indie untuk mencobanya. Saat ini sudah ada beberapa penerbit indie yang bermunculan dengan buku-buku yang tak kalah berkualitas dengan penerbit mayor. Hanya saja memang pemasaran buku penerbit indie kita sendiri yang melakukannya juga karena itulah disebut self publishing.
Pengalaman menulis blog yang masih belum rajin-rajin banget membuat saya jadi mengevaluasi diri. Apakah strategi efektif agar semakin produktif menulis blog dan juga cerita-cerita yang ingin diterbitkan? Kadang saya merasa sulit berkonsentrasi saat menulis. Outline tulisan sudah ada, hanya saja kok rasanya lamaaaa banget menyelesaikannya.
Kebetulan kumpul blogger kali ini juga menghadirkan narasumber dari CNI. Bapak Gusti sebagai pembaca acara juga Ibu Asti memaparkan risiko anemia disebabkan rendahnya kadar Hemoglobin (Hb) dalam darah yang dapat mengintai siapa saja. Wah, beruntungnya saya dapat penyegaran mengenai kesehatan juga siang itu. Ternyata seringkali anemia tidak disadari tanda dan gejalanya. Pantas saja, data dari RISKESDAS Kemenkes 2018 menunjukkan ada peningkatan masalah anemia pada ibu hamil pada tahun 2018 menjadi 48.9% padahal sebelumnya pada tahun 2013 kasus ini sebesar 37.1%.
Hemoglobin bekerja membawa oksigen ke seluruh tubuh. Oleh sebab itu, seseorang yang kadar Hb-nya rendah dapat berisiko terkena masalah kesehatan. Bayangkan saja tubuh kita selalu kekurangan oksigen hingga rasanya mengantuk terus dan sulit berkonsentrasi bagaimana bisa produktif kan? Ini kok jadi mirip dengan yang saya alami. Hmm… sepertinya saya perlu juga untuk cek Hb ke dokter.
Ada satu produk dari CNI yang dapat membantu memenuhi nutrisi untuk mencegah anemia yaitu, CNI-Sun Chlorella. Si tablet kecil hijau ini berasal dari ganggang hijau air tawar Chlorella pyrenoidosa. Sebelum menjadi tablet siap minum, dinding sel ganggang hijau dipecahkan dahulu agar kandungannya dapat diserap oleh tubuh.
Kandungan Sun Chlorella |
Sungguh menjaga kesehatan tubuh itu lebih baik dari mengobati. Kehadiran Sun Chlorella menjadi solusi agar tetap sehat dan semangat menjalani aktivitas serta merealisasikan cita-cita kita.
Jadi, kapan nih buku saya terbit? Mohon doanya yaaa semua supaya saya semangat terus menulis di blog terutama, hahaha… Pastinya saya bakal susun strategi baru untuk mewujudkan cita-cita saya sejak kecil ini sebab dengan menulis kita belajar menangkap momen kehidupan ya kan?
Full Squad of ISBxCNI |