Apa itu metode Montessori?
Pertama kali mendengar Montessori pikiran saya langsung menerawang jauh mengenai pendidikan anak dan tentunya yang sangat erat dengan ini adalah sekolah Montessori. Dulu saya hanya tahu sepintasan, bahwa metode ini sudah ada aturan-aturan tertentu dan alat belajar yang standar. Pikiran saya kala itu, "ah kok kayaknya ribet amat sih?". Sudahlah, akhirnya saya tidak lagi melirik metode tersebut.
Setelah beberapa lama, saya berkesempatan menelisik lebih jauh tentang Metode Montessori. Seorang teman yang memang sudah lebih dulu ikut Certified Montessori teacher membagi pengetahuannya untuk berdiskusi. Wah, saya malah terkagum-kagum dengan metode yang lahir di Italia ini. Bagaimana tidak, anak diperlakukan begitu sesuai dengan perkembangannya dan yang membuat saya makin senang adalah metode ini menyiapkan anak untuk menghadapi kehidupan dengan mandiri.
Tahun 1896, Dr. Maria Montessori menjadi dokter perempuan pertama di Italia. Pendidikan dari ibunyalah yang membuat Maria kecil menyukai membaca dan haus akan ilmu. Maria Montessori pun bersemangat untuk sekolah lebih tinggi, padahal ini bukanlah hal yang biasa bagi perempuan Italia masa itu. Pengalamannya menangani anak berkebutuhan khusus di rumah sakit membuat Montessori menerima tantangan baru untuk merawat anak-anak di area miskin tahun 1907. Pengalaman dan observasinya selama di Casa dei Bambini inilah yang menjadi asal filosofi Metode Montessori.
Il Metodo della Pedagogia Scientifica applicato all’educazione infantile nelle Case dei Bambini— dikenal dengan terjemahan versi bahasa Inggrisnya The Montessori Method dipublikasikan tahun 1909. Sejak itulah, metode Montessori menyebar luas ke daratan Eropa dan seluruh dunia.
Filosofi Montessori dalam proses belajar anak diantaranya:
1. Absorbent Mind
Bahwa pondasi awal untuk kehidupan selanjutnya berada pada enam tahun pertama. Usia 0-6 merupakan periode anak mencerna dan mendapat pengetahuan dari lingkungannya yang disebut Absorbent Mind (pikiran menyerap). Montessori membagi menjadi dua periode ini pertama adalah tahap tidak sadar (Unconscious Mind) pada usia 0-3 tahun dan tahap sadar (Conscious Mind) mulai usia 3 hingga 6 tahun.
2. Sensitive Period
Pengamatan Maria Montessori, bahwa ada pada periode tertentu anak-anak sangat tertarik dengan sesuatu dan ingin berulang-ulang melakukan hal yang menarik baginya. Inilah yang disebut dengan periode sensitif. Secara garis besar, periode sensitif dibagi menjadi beberapa bagian sesuai usia:
- Sensitivitas pada keteraturan (0-3 thn)
- Sensitivitas belajar melalui panca indra (0-6 thn)
- Sensitivitas pada benda-benda kecil (1-2 thn)
- Sensitivitas pada kaki (1-4 thn)
- Sensitivitas bahasa (0-6 thn)
- Sensitivitas pada aspek sosial (2-6 thn)
3. Follow The Child
Maksud dari follow the child ialah mengikuti kemauan dan ketertarikan anak pada saat tertentu. Lalu, dikembangkan lagi ke arah yang berhubungan dengan ketertarikan anak. Misalnya, anak sedang tertarik dengan air, maka orang tua bisa menyiapkan pembelajaran tematik segala hal yang berhubungan dengan air. Follow the Child juga tidak berarti mengikuti semua keinginan anak tanpa batas sebab ada orang tua sebagai pengamat dan penyemangat anak selama proses.
4. Prepared Environment
Prepared Environment adalah area sekitar yang disiapkan untuk anak agar dapat bereksplorasi di lingkungannya dengan bebas, aman, dan nyaman. Misalnya, menyediakan rak piring dengan posisi sesuai dengan ketinggian anak agar ia mudah mengambil yang dibutuhkan. Intinya, anak dibuat memahami bahwa lingkungannya mendukung untuk dirinya lebih mandiri dan bertanggung jawab.
Maria Montessori membagi area pembelajaran Metode Montessori menjadi lima area, yaitu: area Keterampilan hidup, Sensorial, Bahasa, Matematika, dan Budaya. Bagi saya ini pembagian area ini sangatlah menarik sebab prinsip Montessori disesuaikan dengan perkembangan anak di setiap usia.
1. Area Keterampilan Hidup (Practical Life Skills)
Mungkin banyak yang bertanya-tanya untuk apa anak belajar keterampilan hidup? Apakah sudah cukup usia dini diajarkan hal demikian? Justru di awal inilah mengasah keterampilan hidup sejak dini akan mendukung anak untuk siap menghadapi tantangan perkembangan selanjutnya. Pada area ini anak contoh aktivitasnya diantaranya membawa baki, menuang air, memindahkan biji-bijian dengan sendok, mengaitkan berbagai jenis kancing, menjepit dan meronce. Berbagai aktivitas ini bertujuan meningkatkan kemampuan anak berkonsentrasi.
2. Area Sensorial
Area sensorial menstimulus anak untuk menggunakan kelima inderanya. Dengan begitu, anak akan lebih mudah memahami dan belajar banyak hal berbeda. Aktivitas yang bisa dilakukan misalnya meraba tekstur berbeda (halus-kasar), membedakan ukuran tebal-tipis, besar-kecil, panjang-pendek serta tinggi-rendah. Contoh aktivitasnya seperti menyusun pink tower, brown stairs, red rods serta colorbox.
Pink Tower |
3. Area Bahasa
Pembelajaran bahasa dalam Montessori sangat terstruktur dan runut. Diawali dengan mengenal bunyi fonik (awalan huruf) hingga anak bisa menuliskan simbol bunyi (huruf) lalu anak dapat mengeja dan membaca. Jadi, pada Montessori anak belajar mengenal simbol bunyi lalu dapat menuliskannya terlebih dahulu setelah itu barulah membaca dan menyalin. Aktivitas bahasa ini berupa three part card fonik, metal insets (melatih kekuatan jemari untuk menulis), sandpaper letter dan alfabet besar (large movable alphabet).
Inset Montessori |
Matematika terkenal menjadi hal yang kurang menyenangkan untuk dipelajari. Penelitian Montessori mengubah itu menjadi hal yang sebaliknya. Ya, pembelajaran dari konkret ke abstrak membuat matematika menjadi sangat menyenangkan. Anak mengenal angka dari bentuk konkret number rods, belajar menulis angka dengan sandpaper number dan belajar konsep angka hingga ribuan dengan golden beads.
5. Area Budaya
Area budaya mengenalkan anak akan kehidupan alam dan sekitarnya mulai dari tumbuhan, hewan, geografi serta sejarah. Anak diajak berpikir kritis mengenai keadaan sekitarnya dengan begitu ia akan belajar memahami peranannya sebagai manusia. Kepekaan ini pun diasah dengan konsep konkret-abstrak. Anak mengenal alam semesta dari miniatur bumi, peta bumi, kondisi alam seperti selat,pulau, laut, gunung hingga anatomi tumbuhan dan hewan dengan detail setiap bagian organnya dan keunikan penciptaan.
Sepenuhnya saya begitu kagum dengan konsep yang dibawa oleh Montessori. Memang metodenya sesuai dengan teori kognitif perkembangan anak, bahwa usia dini anak butuh benda nyata untuk membedakan sesuatu hal. Barulah memasuki usia sekolah, kemampuan abstraksi anak berkembang semakin baik.
Berbagai aktivitas dan material Montessori memang saling berhubungan sehingga akan sangat mudah bagi anak belajar berbagai hal dengan metode ini. Misalnya saat belajar keterampilan hidup meronce, menyendok serta memasang kancing anak akan mengembangkan kemampuan motorik halus jari-jarinya. Kemampuan ini sebagai awalan melatih anak untuk persiapan menulis pada area bahasa dengan metal inset.
Alhamdulillah, postingan yang hampir gak kelar ini akhirnya kelar juga, hahaaa... Sungguh ilmu saya masih sedikit perihal Metode Montessori ini, saya juga belum mengambil diploma Montessori, jadi jika ada yang kurang tepat maka bisa koreksi langsung ya... santai aja saya mah, hehe... Selebihnya, jika ada yang bisa diambil jadi manfaat silakan dibagi-bagi.