Melihat keramaian dihadapannya, anak perempuan itu hanya
menunduk sambil menggenggam botol minumnya. Anak lain diantarkan oleh ibunya
sedangkan dia, diantar sosok lelaki yang bersuara berat. Berat baginya
meninggalkan lelaki itu sebab tidak ada lagi orang lain yang mencintainya
seperti lelaki itu.
“Bagaimana jika nanti aku dijahili, diganggu?” ujarnya
dengan nada merengek.
“Tidak ada yang menjahili kamu, kamu kan anak baiknya Ayah”
ucap Ayahnya menenangkan.
“Ah, aku tidak mau sekolah, aku tidak mau pisah dengan Ayah”
ujarnya setengah teriak membuat seorang wanita melangkah mendekat.
“Eh, tidak boleh begitu, Ayah kan juga harus kerja sayang.
Sambil menunggu ayah pulang kamu bermain di sekolah”
“Ada apa pak? Kenapa Kyara?” sapa wanita itu sambil
mendatangi lobi sekolah.
“Ini bu guru, Kyara merajuk tidak mau sekolah lagi”
“Iyah, aku tidak suka kalau sekolah tidak ada Ayah”
Ibu guru berjongkok memposisikan dirinya sejajar dengan
Kyara. Ia tersenyum dan menatap kedua bola mata dihadapannya sambil meraih
tangan kecil pemiliknya. Kehangatan tangan Ibu Guru seperti hangatnya sinar
matahari pagi itu, segera saja Kyara merasakan ketenangan mengalir.
“Kyara, apakah kamu suka bermain alat musik?” tanya Ibu Guru
Kyara hanya menunduk, melihat itu Ayah membantu menjawab.
“Suka bu, biasanya Kyara dan Ayah bermain piano bersama di
rumah ya” jawab Ayah sambil ikut berjongkok dan mengenggam bahu Kyara.
“Iya bu guru, Kyara bisa bermain piano tetapi di sini tidak
ada piano” jawabnya sambil melihat sekeliling.
“Sekolah memang tidak punya piano, Kyara. Tetapi, Kyara bisa
belajar alat musik lain seperti yang ibu Guru punya ini” ucap Ibu Guru sambil
mengeluarkan alat musik sebesar genggaman tangan.
Berbentuk persegi panjang, berwarna perak menkilap
bertuliskan Sirius. Perhatian Kyara teralihkan pada benda kecil itu tangannya
refleks bergerak mendekat.
“Ini apa bu Guru?” mata Kyara tidak melepas pandangannya
pada benda kecil itu.
“Ini namanya harmonika, mau tahu cara memainkannya?”
“Bagaimana bu Guru? Ayah juga belum tahu kan yah?” Kyara
memastikan Ayahnya masih berada disebelahnya.
“Wah, Ayah belum tahu juga tuh! Bagaimana Bu Guru caranya?”
Lelaki itu bertanya sambil turut memperhatikan harmonika kecil di telapak
tangan Ibu Guru.
“Ibu Guru coba mainkan ya, Kyara perhatikan”
Nada-nada merdu menguap dari harmonika kecil itu. Sebuah
lagu yang tidak asing di telinga Kyara. Seketika saja Kyara memeluk Ayahnya
yang kaget dengan pelukan tiba-tiba itu. Lelaki itu juga mengenali nada yang
mengalun dari harmonika Ibu Guru. Lagu itu memiliki kenangan tersendiri yang
tersemat dalam bandul foto di kalung Kyara.
“Kyara sekarang sekolah dulu ya, nanti Ibu Guru bisa
mengajarkan Kyara memainkan harmonika” bisik Ayah
“Iya, yah, Kyara mau belajar di sekolah. Ibu Guru ajari
Kyara cara bermain harmonika” ucap Kyara tenang sambil melepas pelukannya.
“Nah, sekarang Ayah Kyara bisa bekerja sementara Kyara di
sekolah ya”
“Iya Ibu Guru, Kyara mau bermain dan belajar musik di
sekolah. Ayah pergi bekerja dulu, sepulang sekolah bisa bertemu Ayah lagi” Kyara
mengungkapkan perasannya dengan senyuman termanis. Dalam pikirannya, di sekolah
terlihat not-not balok beterbangan didekatny mengajaknya menari dan berlari.
Not-not Harmonika |
Be First to Post Comment !
Post a Comment
Hi! Thanks for reading! Please give your comment here..
Mohon maaf link hidup dan spam akan otomatis terhapus ya