Have ever heard about saturation?
I have it on my mind now but in connotative phrase. Hahaa.. (plain laugh).
Saturation is a term that usually used in chemistry or biology. For me, it’s
also can be describe my mood for the last few days. Dalam beberapa hari kemarin
entahlah ini mungkin juga karena stressor yang berat (lebay). Titik jenuh, yap itulah si saturated point, di
waktu inilah saya telah merasakannya. Berdiri di sebuah titik terbawah karena
telah jenuh dengan yang ada (halaah). Lalu, menjadi depresif dan semacamnya
*asal jangan delusi aja*
Saat ini saya sedang berusaha
memenuhi tugas perkembangan manusia dewasa muda. Satu tugas yakni membangun
karir dan memiliki pekerjaan yang menghasilkan gaji. Saya masih seger banget
lulus dari kampus dan belum memiliki pengalaman kerja sesungguhnya, kecuali
pengalaman praktik selama jadi mahasiswa.
Saya pernah berada di titik
puncaknya semangat mencari pekerjaan, membuat aplikasi lamaran kerja dan
mengirimkannya (tentu diawali dengan doa dan harapan agar tercapai). Lantas,
menunggu itu menjadi hal yang mencemaskan *bikin cemas* hingga akhirnya belum
dapat jawaban. Lalu, itu membuat saya putus asa? Belum, tentunya.. terlaluilah,
beberapa minggu berikutnya, beberapa kawan mendapat panggilan wawancara dan
saya hanya bisa bantuin doa buat mereka.
Alhasil saya masih deg-degan
nunggu sambil itu pula mengirim ke tempat lainnya. Saya paham betul, saya
memang “picky” milih calon tempat kerja dan begitulah saya memang. Jadi, ketika
serombongan temen-temen lain memilih ikut ini, itu semua (yaah, mainstream deh
pokoknya) tapi saya enggak ikutan karena emang kurang minat, gak mau terjebak
(padahal enggak juga sih) hahaa sungguh saya separuh jiwa anti-mainstream gitu.
*belum apa-apa udah belagu, huh* :p
Ketika kesendirian tak lagi mampu
mengatasi depresif maka kamu membutuhkan bantuan orang lain. Ya, itu emang
benar, itu sebagai mekanisme koping yang konstruktif dan aman agar kita tidak
terlalu lama dalam fase maladaptive terhadap stressor. Jadi dimulailah,
katarsis emosi saya pada teman-teman dekat, by sms, chat, sampe ke beberapa
convo di twitter. Pertama, temen-temen saya se-keilmu-an dan memang efektif
juga nih, sama-sama ngerasain tapi cara mengingatkan yang sama-sama balikin
semangat.
Ternyata masih belum cukup dosis
suntikan semangat, akhirnya lari ke temen yang non-ners *berlari sambil minta
tolong (serasa ngejar maling :P)*. Alhamdulillah, lagi-lagi membuat lebih lega.
Saya tumpahin aja semua yang penting lega, hahaa! Tahukah sebuah terapi jiwa
yang ampuh itu sebenarnya kita hanya perlu didengar saja, tanpa perlu
direspon/komentar yang malah menyayat jiwa (misal gue curhat begini begitu,
trus dijawab sama pendengar curhat cuma dengan, sama kali gue juga begitu,
sabar aja). Perlu diketahui, ituuu sakiiit banget man!
Jadi, ketika ada orang
yang butuh kamu denger ya udah dengerin aja, meski itu sebuah masalah yang
sebenernya si pencerita pun udah tau cara menyelesaikannya, tapi sungguh yang
dia butuh hanya didengar dengan baik dan diingatkan dengan baik. Macam saya,
saya pun udah tahu mesti temen saya satu ini akan bahas tentang sabar, tetep
usaha aja. Ya, tahu, dalam diri saya pun tahu, kunci masalah ini ya sabar aja,
rezeki kan tak kemana-mana kalo memang udah buat kita (ya kan??)
Sebenernya saya hanya ingin
didengarkan dan diberi support, bahkan jika bisa diingatkan kembali ke jalan
yang benar (halaah, berasa sesat). Ya, akhirnya itu pun saya dapatkan dari
teman-teman saya yang baik. Alhamdulillah, semakin hari semakin sehat kembali
semangatnya. SEMANGAT!! Sungguh beruntung saya punya teman-teman yang baik
sebagai support system saya :D. teman-temanku yang telah menjadi tempat
katarsis emosiku terima kasih ya. Tak ada yang lebih indah melainkan pembalasan
yang baik pula dari Allah, Jazakillah khairun katsir!! Aamiin.
Emotional catharsis is one of my coping
mechanism. So, if I’ve trusted you, I’ll give you chance to be my emotional
catharsis keeper. Absolutely, thanks a bunch, a million (lebay) to you all my
catharsis friends :D
Oiya, satu yang hampir lupa. salah seorang katarsis-keeper saya mengingatkan dengan potongan Ayat Qur'an dan saya tak berkutik lagi (selalu) jika disodorkan ayat suci. sungguh, ayat itu semacam penghipnotis gak sanggup kalo melawan, eeaaa.. ah, sudah, sudah sudah waktu tidur ini :P
Be First to Post Comment !
Post a Comment
Hi! Thanks for reading! Please give your comment here..
Mohon maaf link hidup dan spam akan otomatis terhapus ya